Rabu, 01 Mei 2013

Samar-samar dan Terlelap


Kutitipkan do’a pada sepasang burung
Yang terbang meninggalkan teralisku
Menuju langit luas tak terbatas
                Kutinggalkan harap pada empuk bantalku
                Untuk kuintip dan kukumpulkan
Jika nanti di sana kubenamkan wajahku
Penaku menari seperti terisap angin
Menyaingi gerak lembut dedaunan
Sebelum akhirnya terputus, jatuh berguguran
                Maka kuresapi setiap kata yang telah tertulis
                Meraih kembali semangat yang kupatri
                Jauh, di hari-hariku yang sepi
Impian, kau lihat aku?
Aku tahu kau mendatanginya
Ia yang merangkak bangkit dan berjuang
Pergi meninggalkanku sendiri
                Pemimpi mungkin jarang hanya bermimpi
                Ia menanggalkan keluguan di pohon cemara
                Mengepak, terbang sekuat tenaga ke sana
                Tinggallah ia sebagai pemimpi abadi
Jika sanggup tangan ini meraihnya
Melingkarkan diriku di dalam peluknya
Semesta bertaruh, berapa lama lagi
Pemimpi akan mencari mimpi yang lain
Jika saja aku punya cukup keberanian
Kukatakan padanya, datanglah padaku!
Maka mimpi itu memudar, berpendar
Berganti kenyataan yang pahit
                Oh, genangan itu menyisakan luka
                Seorang anak yang menangis keras
                Ia berlutut, menggapai-gapai
                Entah ke mana jemarinya menyatu
Kutitipkan do’a pada seutas benang
Yang rapuh dan melilit begitu banyak orang
Menyakitkan, begitu banyak kesalahan
Sebelum berujung pada batang kesempurnaan
                Pemimpi tetaplah seorang pemimpi
                Ia menatap awan, terhanyut pada butiran kapas
Menodai kaki dan tangannya dengan tanah
Dan darah, tanpa berhenti airmatanya
Pemimpi tetaplah seorang pemimpi
Ia jarang melihat kenyataan, dan tersakiti
Layarnya telah merah dan ia masih melihat kesucian
Menanti hingga kau datang ke sisi ini
_Kalibata, 31 Juli 2012, 15.09