Terpaku oleh waktu
Sosok-sosok yang teronggok meratap
dan menggeletak
Seperti telah tersapukan seluruh
keinginan dalam hatinya
Seperti telah tertelan dalam putaran
takdir yang membisu
Terpaku
oleh waktu
Sekelebat
bayang-bayang gelap dasi dan tas kulit hitam
Sumringah
di wajah sesenti lebih tinggi melihat kilau berlian
Terlena
dalam jutaan jepretan media yang semakin palsu
Samudra menggelegak
Merespon tangis langit di mana awan
terlihat koyak
Memerintahkan jutaan buih,
menghampiri lava yang terlelap
Akan tiba saatnya kau bangkit, binasakan
para perusak
Terkurung dalam memori
Semburat merah pipi anak-anak yang
bermain dan berlari
Aroma segar para wanita yang
bercengkrama di sore hari
Tawa gembira, bahagia, saat kepala
keluarga telah kembali
Terkurung
dalam memori
Lompatan
kecil putih merah di antara bebatuan
Percik
jernih yang ditimbulkan riak dan arus jeram
Hijau
sawah, lembah kabut dan puncak pohon durian
Menangis sudah potret para pendahulu
Pelukis sejarah yang pupus harapnya
akan pewaris
Tumbang sudah pohon-pohon impian
dalam sendu
Menyisakan benih, berbalut cinta
tapi keruh dalam tangis
Udara semakin pekat menggeliat dan
menggeram
Wajah-wajah yang masih memandang
dengan satu mata terbutakan
Palsu, palsu, segalanya penuh intrik
dan kuasa tanpa setitik moral
Tak sabar kaki tangan dan lidah
untuk bersaksi meminta sesal
Gemuruh
langit berputar menurunkan kegelapan malam
Membalut
sosok-sosok tanpa daya dalam dingin peremuk tulang
Tangan-tangan
kuasa esa terulur di atas kepala batu manusia
Menutup,
mengambil dan menghentakkan masa
Tiada daya, tiada upaya
Gelap ‘kan menyelimuti tanpa suara
Mata terpejam tanpa sempat menatap
asa
Lenyap, sirna tiada kau merasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar