Seorang
sahabat bukanlah orang yang selalu senang dan tertawa bersamamu, tapi dia yang
juga sedih dan turut menangis dalam dukamu..
Seseorang
yang berharga adalah dia yang mampu membuatmu tertawa, juga dia yang mampu
membuatmu menangis karenanya, sebab itu berarti engkau menghartakannya..
Lalu
bagaimana dengan kini?
Posisi
seperti apa yang harusnya ditentukan?
Di
saat tangisan, meski masih asing kudapati, namun seolah lumrah,
Seolah
tidak ayal lagi untuk kualami..
Rasa-rasanya
itu jamak, bermacam-macam, iro iro, terlalu berwarna-warni dibandingkan dengan
tangis karena sedih, senang, marah, atau iri.
Bukan
berarti aku tidak iri.
Indeed,
aku sangat iri.
Kemampuan,
keterampilan, keramahan, kesungguhan, bahkan terkabulnya do'a.
Semua
hal itu membuatku iri.
Semua
hal itu ingin kumiliki.
Tapi
sebagaimana aku menginginkannya, maka aku tidak ingin melihat orang yang
memilikinya itu terlalu dekat.
Sebagaimana
aku berhasrat, aku semakin sadar betapa tidak layak aku mendapatkannya.
Tangis
itu bermacam-macam, iro iro, berwarna-warni.
Sebab
sudut mulutku tidak melulu tertarik ke bawah, tapi juga ke atas, terkerut dan
bahkan menyamping membentuk garis datar, miris.
Maka
apa yang bisa dilakukan?
Di
saat pepohonan bergemerisik dalam kerahasiaan, bintang berpendar dalam
pengamatan.
Tidak
bisa. Aku tidak bisa bergerak.
Apa
yang kuharapkan untuk terjadi dan apa yang tidak?
Mana
bisa kuleraikan segalanya sedangkan kusut itu melilitku juga?
Pikiran
yang dipenuhi oleh suara-suara, adakah mantap pilihan yang ia buat?
Lalu
bagaimana dengan kini?
Rasa-rasanya
itu banyak, kelap-kelip, terang gelap dan samar-samar.
Dan
di saat gadis-gadis ayu merangkaikan cahayanya, aku hanya diam memandangi
kerlipnya.
Entah
kapan.
Maka
kerlipnya itu indah, besar-kecil, cerah-sendu, berwarna-warni, iro iro.
Aku
bahagia meneteskan air mata haru, kesedihan, amarah, kecemasan, kebahagiaan.
Itu
artinya aku menghartakanmu, walau cahaya-cahaya keceriaan itu tidak jua
terangkai menjadi satu lingkaran utuh.
Aku
bahagia menatap warna-warna yang tercurah di sana.
Entah
kapan.
_9
September 2013, 16.01_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar